Laporan Praktikum Eritrosit Dalam Ikan Nila


A.Tujuan
1.      Melihat bentuk eritrosit pada ikan Nila
2.      Melihat adanya krenasi maupun hemolisis pada eritrosit karena pengaruh larutan hipotonik dan hipertonik.
B.Landasan Teori
Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang dialami oleh organisme tersebut. Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran darah dan kimia darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi kesehatannya.
Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa (Chinabut et al., 1991 dalam Mulyani, 2006). Pada ikan teleost, jumlah normal eritrosit adalah 1,05×106 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006). Leukosit (sel darah putih) mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak berwarna, dan jumlahnya tiap mm3 darah ikan berkisar 20.000-150.000 butir, serta merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan (imun) tubuh. Sel-sel leukosit akan ditranspor secara khusus ke daerah terinfeksi. Leukosit terdiri dari dua macam sel yaitu sel granulosit (terdiri dari netrofil, eusinofil, dan basofil dan sel agranulosit) dan sel granulosit (terdiri dari limfosit, trombosit, dan monosit) (Purwanto, 2006).
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh. Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen. Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase hematokrit yang terkandung dalam darah.
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat ion-ion anorganik dan komponen organik untuk fungsi metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadang-kadang terpisah, kadang-kadang bergabung. Contohnya penggumpalan darah dan produksi antibodi.
Ikan sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti dan berwarna merah kekuningan dengan bentuk dan ukuran bervariasi antara satu species dengan lainnya. Eritrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron tergantung pada spesies ikannya. Jumlah eritrosit pada masing-masing species juga berbeda, tergantung aktivitas ikan tersebut. Pada ikan yang memiliki aktivitas tinggi seperti ikan predator blue marlin ( Makaria nigricans ) memiliki hematokrit 43% dan mackerel 52,5%, sedangkan pada ikan nototheniid ( Pagothenia bermachii ) hanya 21%. Tiap-tiap mm darah berkisar antara 20000 s.d. 3000000. Pengangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat dalam eritrosit.
Darah memiliki fungsi utama yaitu menjaga keseimbangan pH tubuh. Fungsi utama sistem sirkulasi darah adalah sebagai media transport zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh juga untuk transport panas dari dan ke jaringan tubuh dan untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit.

C.Alat dan bahan
a). alat
·         Objek glass
·         Mikroskop
·         Serangkaian tabung raksi dan raknya
·         Pipet ujung panjang


b). bahan:
·         Aquades
·         Darah ikan Nila
·         Larutan NaCl 0,3%, 0,65%, 0,8%, 0,9%, 3%
D.Cara Kerja
Cara kerja percobaan pertama:
·         Teteskan darah ikan nila kedalam suatu wadah
·         Teteskan darah yang telah ditampung ke objek glass kemudian tambhakan aquades
·         Amati dibawah mikroskop dan gambar atau foto bentuk eritrosit yang anda lihat
Cara kerja percobaan kedua :
·         Tampunglah darah ikan nila pada suatu wadah
·         Isilah tabung reaksi dengan serangkaian larutan yang berbeda konsentrasinya dengan volume yang sama ( 2,5 ml ). Tambahkan pada masing-masing  dan tunggu sekitar 5 menit
·         Miringkan perlahan-lahan tabung reaksi, agar darah tidak rusak karena perlakuan fisik. Setelah homogen, amati secara makroskopis dan mikroskopis
·         Pengamatan secara makroskopis meliputi warna dan kebeningan
·         Pengamatan secara mikroskopis, mengamati adanya krenasi atau hemolisis pada eritrosit dengan cara mengambil setetes larutan pada masing-masing tabung reaksi, teteskan pada objek glass dan amati dibawah mikroskop

E. Pembahasan
Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing, namun pada ikan yang diamati tidak ditemukan formasi rouleaux.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus.Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
Larutan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh. Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya.
Pada pengamatan makroskopis eritrosit yang telah dicampurkan larutan NaCl dengan konsentrasi yang bervariasi. Kami mengamati bahwa konsentrasi 3% menghasilkan warna yang jernih atau bening. Sedangkan yang keruh terdapat pada konsentrasi 0,9%.
Pada pengamatan mikroskopis eritrosit, eritrosit tersebut berbentuk bulat dan memiliki inti di bagian tengahnya.
Berdasarkan data kelas, dapat diketahui hasil bahwa eritrosit yang dicampur dengan larutan konsentrasi 0,3%, 0,65% , 0,8%, 0,9% dan 3%  adalah krenasi. Hal ini bertentangan dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin kecil konsentrasi larutan maka akan terjadi hemolisis.



F. Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan yang dicampurkan pada eritrosit ikan mengakibatkan krenasi atau pengkerutan eritrosit. Hal ini disebabkan oleh larutan hipertonis. Dan sebaliknya semakin kecil konsentrasi larutan yang dicampurkan pada eritrosit ikan mengakibatkan hemolisis atau pemecahan eritrosit. Hal ini disebabkan oleh larutan hipotonis.
Sel eritrosit ikan memiliki bentuk bulat dan berinti ditengahnya dan pada pengamatan tersebut tidak ditemukan formasi Rouleaux.
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus.Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel mengecil.
Larutan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh. Larutan hipotonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan yang lain. Larutan hipertonis memiliki konsentrasi larutan yang lebih tinggi dari larutan yang lainnya. Bahasa mudahnya, suatu larutan mengandung kadar garam yang lebih tinggi dibandingkan dengan larutan yang lainnya.
Pada pengamatan makroskopis eritrosit yang telah dicampurkan larutan NaCl dengan konsentrasi yang bervariasi. Kami mengamati bahwa konsentrasi 3% menghasilkan warna yang jernih atau bening. Sedangkan yang keruh terdapat pada konsentrasi 0,9%.
Pada pengamatan mikroskopis eritrosit, eritrosit tersebut berbentuk bulat dan memiliki inti di bagian tengahnya.
Pada pengamatan eritrosit ini, kami hanya mendapatkan gambaran mikroskopis eritrosit pada konsentrasi 0,9%. Hal ini ditunjukkan dengan eritrosit yang mengalami krenasi atau pengkerutan. Untuk konsentrasi 0,3%, 0,65%, 0,8% dan 3% , kami tidak mendapatkan gambaran mikroskopis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena kondisi mikroskop yang tidak mendukung.

F. Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi larutan yang dicampurkan pada eritrosit ikan mengakibatkan krenasi atau pengkerutan eritrosit. Hal ini disebabkan oleh larutan hipertonis. Dan sebaliknya semakin kecil konsentrasi larutan yang dicampurkan pada eritrosit ikan mengakibatkan hemolisis atau pemecahan eritrosit. Hal ini disebabkan oleh larutan hipotonis.
Sel eritrosit ikan memiliki bentuk bulat dan berinti ditengahnya dan pada pengamatan tersebut tidak ditemukan formasi Rouleaux.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar